Rabu, 03 Maret 2010

Guling Kecil (Small Rolling)

Di sebuah istana kerajaan, ada seorang anak raja yang umurnya masih kecil, setiap malam menjelang tidur Ia selalu di temani oleh guling berwarna violet dan pelayan raja yang di khususkan hanya untuk menemani pangeran kecil itu. Guling itu dibuat oleh Sriratu, yaitu Ibunya. Malam berganti malam, tidak terasa pangeran kecil itu sudah memasuki masa pertumbuhannya. Ibunya sangat menghawatirkan pangeran kecil itu. Ketika Ibunya sedang berdiri di depan Istana, Ia melihat pangeran kecil itu dengan pakaiannya yang kotor. Ternyata pangeran kecil itu baru saja bermain menunggangi kuda di sebuah sungai yang dangkal.

Hari-hari berikutnya pangeran kecil itu mulai berlatih memainkan pedang. Saat yang bersamaan itu juga Ibunya semakin menghawatirkan pangeran kecil. Namun, sang raja mendukung pangeran kecil itu untuk melakukan apa saja yang ingin pangeran kecil itu lakukan, sehingga sang ratu pun mulai mengurangi kehawatirannya terhadap pangeran kecil. Pada suatu malam, sang ratu menengok pangeran kecil yang sedang tidur itu di kamarnya. Tidak sengaja terlihat sebuah guling kecil yang dulu pernah Ia buat untuk pangeran kecil yang kemudian Ia simpan di samping pangeran kecil yang sedang tidur pulas itu. Keesokan harinya, terdengar suara seperti orang yang sedang marah-marah, yang ternyata itu adalah pangeran kecil yang sedang memarahi para pelayan istana. Sebab utama sang pangeran marah-marah adalah gara-gara munculnya guling kecil tersebut di atas tempat tidurnya semalam. Padahal pangeran sudah tidak mau lagi ditemani oleh guling tersebut.

Setelah kejadian itu, ketika malam hari, sang ratu kembali menengok pangeran di kamarnya yang tiba-tiba terdengar suara tangis dari belakang. Suara tangisan itu persis di belakang badan sang ratu, ternyata itu adalah tangisan seorang pelayan istana yang dulu selalu menemani pangeran kecil. Pelayan itu merasa dirinya sudah tidak di butuhkan lagi di dalam istana tersebut. Kemudian Ia meminta ijin kepada sang ratu untuk memohon diri pulang ke kampung halamannya.

Keesokan harinya, pelayan istana itu pun meminta diri untuk pulang. Namun, sang ratu bingung. Sang ratu memikirkan nasib guling buatannya itu. Jika guling tersebut di buang, mungkin lebih baik di berikan kepada seseorang. Yang kemudian, guling tersebut Ia berikan kepada pelayan istana yang hendak pulang ke kampung halamannya.

Pada hari-hari berikutnya, ketika seorang mantan pelayan istana yang sekarang tinggal di gubuk kecil itu sedang mengelus-elus guling yang pernah diberi oleh Sriratu untuknya. Tiba-tiba terdengar bunyi ketukan pintu dari luar rumahnya. Ada dua orang yang membutuhkan tempat istirahat pada malam itu. Dua orang itu adalah satu orang kakek tua dan seorang anak perempuan kecil yang manis. Ketika di dalam rumah, pelayan istana yang dipanggil Bibi oleh anak perempuan kecil itu memberikannya sebuah guling tersebut kepada anak prempuan itu, karena perempuan kecil itu menyukai guling tersebut dan Bibi itu menyuruh Dia untuk merawat guling tersebut.

Hai berganti hari, malam berganti malam, tahun berganti tahun. Sang pangeran pun tumbuh besar. Ketika ada upacara pertemuan antar kerajaan, Ia mengucapkan sebuah kata yang kurang baik kepada kerajaan yang bertamu ke kerajaannya. Sesudah acara tersebut, sang pangeran di tegur oleh ayahandanya yang pada saat itu duduk tepat di hadapan pangeran. Akibatnya, sang pangeran pun merasa menyesal atas kelakuannya yang kekanak-kanakan itu. Dan akhirnya Ia memilih untuk melarikan diri dari lingkungan istana. Ia pergi seorang diri menunggangi kuda miliknya, Ia pergi tanpa tujuan pada saat itu. Kemudian Ia berhenti di sebuah tempat di pinggir sungai. Tiba-tiba munculah ular berbisa dari tumpkan rumput di sekitar itu. Karena Ia berdiri di pinggir sungai, akhirnya Ia jatuh ke dalam sungai tersebut dan hanyut entah kemana.

Entah berapa lama sang pangeran hanyut. Namun Ia beruntung karena diselamatkan oleh penduduk desa yang tinggal di hutan pinggir sungai. Mereka adalah seorang suami istri yang bekerja hanya tinggal berdua di tempat itu. Suatu ketika, sang Pangeran sedang duduk melamun, kemudian dengan tidak sengaja ia teringat dengan gulingnya. Lalu timbulah rasa rindu kepada orang tua dan istananya yang telah lama Ia tinggalkan. Dn Ia pun memutuskan untuk pergi dari tempat itu untuk kembali pulang ke istana.

Di perjalanan, sang pangeran melewati sebuah pasar. Ternyata, di pasar itu ada seorang budak istana yang sedang mencari kabar tentang pangeran, dan pangeran pun tidak mengetahui hal tersebut, bahkan penduduk setempat tidak mengenali bahwa itu adalah pangeran.

Di bagian pasar yang lain, terlihat anak kecil yang dulu pernah dititipkan guling pemberian Bibinya dari Sriratu. Ia bermaksud untuk memperbaiki guling tersebut kepada tukang jahit yang ada di pasar tersebut. Tidak sengaja, anak kecil yang sekarang sudah menjadi mojang berparas cantik bernama Yuko itu menabrak sang pangeran. Yuko tidak mengetahui bahwa itu adalah sang pangeran. Sang pangeran terlihat seperti menyukai Yuko, namun Yuko segera meninggalkan sang pangeran dari tempat tukang jahit itu. Sang pangeran terlihat lemas, kemudian Ia meminta sebuah pekerjaan kepada kakek yang menjaga tempat jahit itu. Namun, kakek itu tidak bisa memberikannya imbalan berupa uang, kakek itu hanya bisa memberinya jatah makan. Sang pangeran setuju, Ia diberi pekerjaan berupa mengambil air dari sumur ke tempat jahit itu. Setelah mencukupi pekerjaannya, sang pangeran pun makan dan minum bersama kakek itu. Ketika Ia melintas di belakang kakek tersebut, tidak sengaja Ia melihat sebuah guling yang akan di perbaiki oleh kakek. Kemudian Ia meminta kepada kakek itu supaya Ia bisa memegang guling itu. Ia pun bertanya kepada kakek bahwa siapa pemilik guling tersebut, dan kakek pun menjawab bahwa guling tersebut adalah milik wanita yang kemaren sempat menabraknya. Kemudian pangeran pun penasaran. Ketika Yuko hendak mengambilnya, sang pangeran langsung menanyakan tentang guling itu, bagaimana guling itu bisa ada di tangan Yuko. Yuko langsung menjelaskan kepada sang pangeran bahwa guling tersebut adalah pemberian dari Bibinya yang bernama Merduwati. Dengan sigap, sang pangeran langsung memaksa sambil menyeret Yuko untuk menunjukkan dimana rumah Merduwati. Sang pangeran menyeret Yuko hingga melewati pasar. Disaat yang bersamaan, budak-budak yang sedang mencari pangeran itu mengenali wajah pangeran dan kemudain memanggilnya. Penduduk yang ada di pasar itu pun baru menyadari bahwa itu adalah sang pangeran. Budak itu kemudian memberikannya pakaian yang biasa pangeran pakai di lingkungan istana.Setelah itu, pangeran pun bertemu dengan Merduwati, Merduwati sempat menangis ketika berpelukan dengan pangeran. Akhirnya sang pangeran pun pulang ke istana dan akibat dari pertemuannya dengan Yuko ketika di tempat jahit, membawa sang pangeran hingga ke pelaminan bersama Yuko. Dan mereka pun hidup bahagia selamanya... Dan sang pangeran berjanji untuk menyimpan guling itu untuk anak-anaknya nanti.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar